Nukilan dari Kisses in The Nederends

Dari Bandara Internasional Auckland, Oilei langsung dibawa ke Rumah Sakit Dun Mihaka Memorial, bangunan modern berlantai 10 yang dikelilingi tanah lapang amat luas, berjarak tak terlalu jauh dari pusat kota. Dia memerhatikan banyak sekali orang yang kelihatan sakit di sana. Dari kamar yang ditempatinya seorang diri, di lantai tujuh, dia melihat ke danau kecil di bawah, banyak sekali bebek dan burung-burung yang mengarunginya. Dia terkesima betapa rapih dan bersihnya lingkungan di sana. Berbeda jauh dari apa yang ia saksikan tiap harinya di Tipota, dan negara-negara lain di Kepulauan.

Dia membuka jendela, hembusan udara yang dingin segar membelai wajahnya. Sekali lagi, sangat berbeda dari udara panas lembab di tempat asalnya. Dia menduga, sama seperti rumah sakit yang bukan main bersihnya, lingkungan di luar juga telah disanitasi. Tampak seperti itu dari balik jendela. Negara yang amat cantik dan bersih, katanya pada diri sendiri. Tapi ada banyak sekali orang sakit di sini! Mungkin mereka juga pendatang, sama sepertinya. Atau, bisa juga negara-negara yang superbersih dan rapih punya penyakitnya sendiri. Rasanya itu lebih masuk akal, karena banyak sekali penyakit di Kepulauan berasal dari negara-negara itu. Penyakit di pantat Oilei bisa jadi salah satunya. Sialan! Seketika dia berharap ada di rumah, di antara kotoran dan udara yang lembab, dan terutama bersama Babu, yang ide-ide menjijikkanya terasa begitu melenakan.

(Diterjemahkan dari Bahasa Inggris,

Kisses in The Nederends, Epeli Hau’ofa, 1987, hal.142.)